Tips Mengatasi Kelelahan Setelah Sembuh Dari Covid-19
Ada beberapa tanda-tanda atau permasalahan kesehatan yang dapat ada saat seorang baru sembuh dari COVID-19. Kecapekan atau fatigue ialah tanda-tanda yang tersering diketemukan pada post-COVID syndrome, bahkan juga keluh kesah ini masih dirasa sesudah 100 hari terkena virus corona.
Pada pasien yang pernah alami keadaan masalah paru berat saat terserang COVID-19, seperti acute respiratory distress syndrome (ARDS), dua pertiga pada mereka rasakan keluh kesah kecapekan yang berarti sesudah satu tahun terserang COVID-19.
Keluh kesah yang dirasa benar-benar serupa dengan sindroma chronic fatigue/kecapekan akut, yang terbagi dalam kecapekan yang jadikan badan tidak memiliki daya, ngilu, alami disabillitas neurokognitif, masalah tidur, tanda-tanda disfungsi otonom, dan perburukan keadaan fisik dan kognitif.
"Keadaan hipertensi, kegemukan, dan masalah kesehatan psikis jadi faktor-faktor resiko seorang alami post-COVID syndrome," tutur dr. Hikmat Pramukti, Sp.PD, dokter specialist penyakit dalam RS Pondok Cantik, Pondok Cantik dikutip dari Di antara.
dr. Hikmat menjelaskan pemicu tentu berlangsungnya post-COVID syndrome masih diamati. Ada yang mengatakan jika tanda-tanda ini terjadi karena kerusakan organ-organ yang disebabkan karena virus dan tersisa infeksi yang berjalan meskipun virus tidak ada.
Untuk menangani tanda-tanda kecapekan, hal pertama kali yang bisa dilaksanakan oleh beberapa penyintas COVID-19 ialah cari tahu sumber atau organ yang mana memicu keluh kesah ini, apa karena masalah keadaan di jantung, paru, kombinasi ke-2 nya, atau sebagai pengurangan kemampuan fungsional badan karena infeksi COVID-19 yang berat.
Sesudah dilaksanakan rangkaian pengecekan dalam berkenaan keluh kesah yang dirasa, baru pengatasan pada keadaan organ yang memicu bisa dilaksanakan hingga tatalaksananya pas target.
Keutamaan Pengecekan Kelanjutan
Oleh karenanya, beberapa riset mereferensikan beberapa penyintas COVID-19 yang pernah dirawat inap di dalam rumah sakit, baik dengan komorbiditas atau tanpa komorbiditas, untuk lakukan penilaian satu minggu sesudah rawat inap.
Pengecekan kelanjutan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui dan selekasnya lakukan tata seperti jika ada kompleksitas yang berkaitan dengan COVID-19.
"Dan pada penyintas COVID-19 yang tidak dirawat inap awalnya, seharusnya dilaksanakan penilaian tanda-tanda sesudah tiga minggu saat pulih dari COVID-19," kata dr. Hikmat.
Untuk penyintas COVID-19 yang rasakan tanda-tanda multisistem yang berjalan lebih dari 12 minggu, dianjurkan untuk lakukan pengecekan sama dokter sama sesuai tanda-tanda yang dirasa.
Pada pengecekan kelanjutan pertama, dokter specialist berkaitan akan lakukan pengecekan mendalam dimulai dari anamnesis/bertanya jawab dengan pasien, pengecekan fisik, dan pemerikaan pendukung untuk memandang peranan organ badan yang kerap terimbas COVID-19 seperti jantung, paru, mekanisme saraf, ginjal, hati, hormonal, mekanisme pembekuan darah, dan kesehatan badan.
Pengecekan lebih detil akan disamakan dengan derajat keparahan tanda-tanda dan mekanisme organ yang alami tanda-tanda tertentu.
Data yang sudah terkumpul sekarang ini memperlihatkan jika pasien COVID-19 yang sudah divaksin komplet memperlihatkan semakin sedikit terjadi kemungkinan post-COVID syndrome dibandingkan yang belum divaksin komplet.
Namun, kekuatan seorang untuk kembali sembuh seutuhnya seperti yang lalu benar-benar tergantung pada keadaan dasar pribadi itu saat sebelum sakit, perjalanan penyakit saat terserang COVID-19, dan type dan berat kompleksitas yang dirasakan.
"Beberapa penyintas COVID-19 dianjurkan untuk lakukan latihan fisik sesuai kekuatan dan batasan toleran masing-masing, dan dengan bertahap terprogram bertambah sampai bisa kembali lagi ke keadaan sebelumnya," tutur dr. Hikmat.
dr. Hikmat menjelaskan jika pada tujuh hari awal, umumnya tipe latihan enteng yang direferensikan ialah latihan pernafasan dan elastisitas. Selanjutnya pada tujuh hari selanjutnya, intensif latihan fisik mulai bisa dipertingkat.